Umum vs Pribadi
Di luar negeri, seluruh bagian tata kota merupakan sesuatu yang sudah dirancang dalam-dalam. Mulai dari ruas-ruas jalan, drainase, kompleks perumahan, hingga fasilitas umum. Termasuk transportasi. Mereka sudah terpikir untuk membuat suatu lingkungan perkotaan yang bisa menopang kehidupan mereka untuk jangka pendek dan panjang. Mereka sudah terpikir untuk mendesain yang terbaik, karena semua yang mereka usahakan itu akan berdampak kepada diri mereka sendiri.
Di sana, kendaraan umum memadai. Orang-orang tak perlu mengantre lama untuk sekedar bepergian. Orang-orang tak berlu membeli mobil pribadi, toh mereka sadar kalau mobil pribadi itu malah akan menambah kemacetan, menambah konsumsi BBM, menambah polusi, dan menambah kebisingan kota mereka. Mereka sadar, kalau kendaraan umum itu lebih praktis. Tanpa harus mengurus perizinan, pajak, servis sana-sini, belum lagi resiko kecelakaan yang tinggi.
Karena banyak masyarakat yang tertarik untuk menggunakan kendaraan umum, pemerintah pun menambah armada-armada mereka dan menambah jalur-jalur yang lebih mencakup. Kemudian mereka memperbaiki pelayanan-pelayanan mereka kepada masyarakat. Pemerintah senang, masyarakat senang.
Di sana, kendaraan umum tak harus bersaing dengan kendaraan-kendaraan pribadi yang melintas, karena jumlah mereka sangat sedikit. Tak perlu memencet klakson berkali-kali. Tak perlu lagi ada kebisingan-kebisingan yang memekakkan telinga. Tak perlu lagi melebarkan jalan, tapi melebarkan trotoar dan taman-taman disekitarnya. Sudah tanpa polusi, segar dengan tanaman lagi.
Di sana kendaraan pribadi merupakan pilihan terakhir, bagi mereka yang memang memerlukannya. Bukan malah sebagai keharusan dan status sosial belaka. Di sana menaiki kendaraan umum merupakan standar untuk sebuah tata kota yang bermutu. Bukan dicap sebagai orang kampung yang tak kuat beli kendaraan sendiri.
~ Minggu, 24 Maret 2012