Paduan Suara Mahasiswa Baru
Tanggal 28, 29, dan 30 Juni lalu, segenap mahasiswa baru Universitas Indonesia dari jalur non-tes mengikuti rangkaian acara latihan paduan suara. Paduan suara ini sungguh ramai, bayangkan saja dalam satu ruangan ada hampir 3000 mahasiswa yang menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi. Sungguh riuh.
Hari pertama (Jumat) aku lalui tanpa persiapan, datang ke kampus hampir telat dengan muka zombie karena malemnya tidur jam setengah empat dan nggak sempat sarapan. Sampai di depan balairung aja sudah diuber-uber Menwa (Resimen Mahasiswa) pasukan Satpol-PP a la mahasiswa. Setelah mengisi daftar absensi, kita dapet buku himpunan lagu. Ketika berada di dalam Balairung, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok : tenor dan bass, dan mahasiswi juga dibagi menjadi dua kelompok: sopran dan alto. Aku pun memilih ikut di bass. Latihan pun akhirnya dimulai dengan beragam kekocakan, alkisah, Pak Dibyo sebagai instruktur, konduktor, dan pelatih paduan suara, walaupun kelihatan berwibawa ternyata kocak juga.
Banyak teman-teman yang mengira acara latihan paduan suara ini akan membosankan dan tidak penting. Namun setelah mengikutinya sendiri dengan khusyuk, aku menyimpulkan bahwa kegiatan ini seru dan penting. Seru, karena banyak hal menyenangkan yang terjadi di sini. Ini juga pertama kalinya aku mengikuti kegiatan resmi berkedok paduan suara. Penting, karena kita akan menjadi salah satu bagian krusial untuk wisuda kakak angkatan tanggal 30 dan 31 Oktober 2013 nanti. Banyak pula info penting dan menarik yang kita dapatkan selama mengikuti paduan suara ini.
Entah karena memang memiliki keterbelakangan nasionalisme atau sejenisnya, banyak lagu wajib yang terasa asing di telingaku. Dengan mengikuti kegiatan ini, aku bisa melunasi hutang masa kecil yang tertunda karena tidak hafal/tidak bisa menyanyikan lagu wajib.
Sesi pertama, kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Satu Nusa, dan Genderang UI. Akhirnya aku tersadar jika Satu Nusa itu lagu wajib paling menyentuh (setelah Gugur Bunga), Genderang UI itu keren, dan ternyata aku hafal Indonesia Raya. Waktu istirahat pun tiba, aku segera menemui teman-temanku pada saat OBM (yang cowo), dan ternyata mereka masuk ke kelompok tenor. Ya sudahlah, pada sesi selanjutnya aku ikut mereka aja, daripada nggak punya temen.
Sesi kedua hari pertama, aku lupa kita berlatih lagu apa. Paduan suara berakhir dengan lancar. Nah, sehabis paduan suara, kelompok OKK-ku berencana melakukan wawancara dengan narasumber yang sudah ditentukan dari panitia. Entah karena miss-komunikasi atau apa, kita menunggu dari jam dua hingga jam setengah enam, dan mas-mas narasumbernya tak kunjung datang. Tamat.
Hari kedua (Sabtu), not much going on. Latihan paduan suara berjalan dengan lancar, walaupun disertai insiden susah cari makan siang karena kampus libur. (Untungnya dapet di FISIP). Sore hari, akhirnya kita berhasil melakukan wawancara dengan mas narasumber.
Hari ketiga (Minggu), demi apa kita hari Minggu disuruh masuk. Tapi untungnya pak Dibyo sedang berbaik hati, sehingga kita diperkenankan masuk pukul sembilan dan pulang pukul setengah dua. Setelah tiga hari berlatih, kita ber-3000 sudah cukup mahir untuk menyanyikan lagu Hymne Universitas Indonesia, Genderang Universitas Indonesia, Gaudeamus Igitur, Terima Kasih Kepada Pahlawanku, Selamat Datang Pahlawan Muda, Satu Nusa Satu Bangsa, Bangun Pemudi Pemuda, dan yang paling asyik Keroncong Kemayoran.
Jadi, itulah rangkaian kegiatanku selama masa-masa indah latihan paduan suara (masih ada lagi kok Agustus nanti) ._. Walaupun terlihat seperti kegiatan yang kecil, sepele, dan insignifikan, tapi aku yakin ini akan berguna suatu saat nanti, and the most important part so far, is that I’m enjoying all of these moments.