Apresiasi untuk waktu

Seminggu ini kehidupanku penuh dengan ups and downs. Ada cerita-cerita bahagia dan mengesankan yang terus teralami, namun rasa lelah juga membayangi setiap momen yang tercipta.

Masuk pagi, ada acara di kampus. Siang-siang kelaparan, pertanda harus mencari makan karena aku biasa tidak sarapan. Sore harinya masih disibukkan dengan kegiatan yang menguras tenaga dan pikiran. Akhirnya malam harinya aku pulang dengan keadaan burn-out, hanya sedikit tenaga yang tersisa. Meski seharusnya beristirahat, tetapi akhirnya malam dihabiskan dengan mengerjakan tugas. Dari senin sampai minggu, terus begitu.

Itu dulu.

Sekarang sudah agak berbeda.

Setiap hari harus ke kampus dengan jadwal yang tak menentu. Senin ada kuliah Dasar-Dasar pemrograman jam 1 siang, yang artinya ada suasana pagi yang merdeka. Selasa dan Jumat kuliah dimulai jam delapan. Terlihat sangat pagi, namun itu belum seberapa jika dibandingkan dengan masa SMA ku dulu yang harus berangkat jam setengah enam pagi untuk belajar mandiri di kelas (atau sering kita sebut etut pagi).

Jadwal setiap hari cenderung fluktuatif. Kadang bisa sangat lengang seperti hari Senin, atau sangat padat seperti hari Selasa. Dunia kuliah ternyata sangat berbeda dengan dunia sekolah, segalanya serba fleksibel dan tak ada rutinitas yang tetap.

Ketika ada sela waktu di antara kuliah, aku sering curi-curi waktu untuk pergi ke lab komputer; untuk sekedar membaca-baca artikel atau belajar sesuatu yang baru. Mengakses internet di lab fasilkom ternyata adalah candu,  koneksinya mulus tanpa lag, ruangan kondusif, dan tentunya ber-AC untuk sekedar mengademkan diri.

Walau banyak tugas menghantui (dan terus berdatangan), aku tetap masih berusaha untuk mensyukuri dan menikmati segala yang aku lakukan. Mulai dari hal paling penting hingga yang paling kecil sekalipun, semua harus diapresiasi. Momen apapun, waktu luang sesingkat apapun, semua harus menjadi pupuk yang menumbuhkan kebahagiaan.